Senin, 21 Maret 2016

@@ SEBOTOL RACUN @@  
Seorang pria mendatangi Master, "Guru, saya bosan hidup. Rumah tangga berantakan. Usaha kacau. Saya ingin mati."
Sang Master tersenyum,"Oh, kamu sakit. Dan penyakitmu pasti bisa sembuh."
"Tidak Guru, tidak. Saya tidak ingin hidup," tolak pria itu.
"Baiklah. Ambil racun ini. Minum setengah botol malam ini, sisanya besok sore jam 6. Jam 8 malam kau akan mati dgn tenang."
Pria itu bingung. Setiap Master yg ia datangi selalu memberikannya semangat hidup. Tapi yg ini malah menawarkan racun.
Sampai rumah, ia minum setengah botol racun. Ia memutuskan makan malam dgn keluarga di restoran Jepang yg sudah lama tak pernah ia lakukan.
Utk meninggalkan kenangan manis, ia pun bersenda gurau dgn riang. Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik,"Sayang, aku mencintaimu."
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar & melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda utk jalan pagi.
Pulang ke rumah, istrinya masih tidur. Ia pun membuat 2 cangkir kopi. Satu utk dirinya, satu utk istrinya.
Istrinya merasa aneh, "Sayang, apa yg terjadi? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku ya?"
Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Ia menjadi lebih toleran, apresiatif thd pendapat berbeda. Ia mulai menikmatinya.
Pulang jam 5 sore, ternyata istrinya menungguinya. Sang istri menciumnya,
"Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkanmu."Anak-anak pun berani bermanjaan kembali padanya.
Tiba-tiba, ia merasa hidup begitu indah. Ia mengurungkan niatnya utk bunuh diri.
Tetapi bagaimana dgn racun yg sudah ia minum?
Bergegas ia mendatangi sang Master, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh."
"Bila kau hidup dgn kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.
Leburkan egomu. Bersyukurlah! Itulah rahasia kehidupan."



Minggu, 13 Maret 2016

Kebiasaan yang berdampak musibah 2
Setelah menunggu di ruang tunggu dokterpun keluar kami langsung berdiri dan bertanya kepada dokter ”dok bagaimana keadaan nami??” dokter pun merunduk dan berkata “ia terkena koma karna benturan keras di kepalanya mungkin nyawanya tidak bisa terselamatkan” kami pun langsung pucat dan terduduk dilantai dan hanya bisa menyesali perbuatan kami sambil menangis
ibu nami langsung pingsan mendengar keadaanya ayah nami kelihatan sangat marah dengan kami saya pun memberanikan diri untuk meminta maaf kepada orang tua nami tapi orang tua nami hanya tersenyum dan berkata”sudah-sudah tidak apa-apa itu semua adalah musibah namun kalian harus belajar agar kejadian ini tidak terulang kembali” . “ia pak, maafkan kami karna sudah kelewatan” kata ku.
Sebulan sudah nami koma akhirnya dia siuman juga namun pada saat ia siuman ternaya ia kena amesia sementara ia ingat pada keluarganya namun tidak kepada kami akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke villa miliknya
selagi ia menjalani masa pemulihan dan pas sekali waktu kuliah sedang libur kami berusaha untuk mengembalikan ingatannya tentang kami dengan menunjukkan foto-foto yang di ambil di kost sampai di villanya sendiri
 waktu demi waktu hari demi hari tekterasa seminggu sudah kami di villa miliknya sedikit demi sedikit ingatannya kembali kami pun kembali ke kost karna libur kuliah sudah usai nami pun ikut kembali ke kost dan kami menunjukaan kamarnya dengan kamar yang berhamburan yang lupa kami bersihkan dan masih ada tulisan selamat ulang tahun
ia pun ingat kejadian itu keesokkan harinya pacarnya datang namun ia pun juga tak ingat siapa dia akhirnya nami berdua pacarnya pergi ke tempat kenangan” yang dulu sering nami datangi berdua seminggu telah berlalu dan nami mulai ingat semuanya kami pun kembali seperti dulu lagi bergembira bersama saling menjahili dan bersedih bersama karna menonton derama korea
The and

Matsudaira arishima 

Rabu, 09 Maret 2016

Kebiasaan yang berdampak musibah
Di kost kebiasaan kami yaitu mengerjai sesama anak kost ketika sedang ulang tahun, pada malam hari kami menyusun rencana untuk mengerjai nami yang sedang ulang tahun pada saat itu nami sedang pergi bersama teman kampusnya kami pun langsung menghambur kamar yang ia sudah bersihkan, sesampainya di kost nami pun terkejud dan mengomel namun kami pura pura tidak dengar,
keesokan harinya ia kami persilahkan untuk menggunakan kamar mandi pertama sebagai permintaan maaf kami namun itu hanya bagian dari rencana, selagi nami mandi kami kembali menghambur kamarnya dan menggantung mainan laba-laba di depan pintu kamar mandi,
setelah itu ia pun keluar dari kamar mandi dan ia terkejut dan berteriak sangat keras kami pun langsung bergegas menemuinya dan melihat keadaannya ternyata nami sudah terduduk di depan pintu kamar mandi kami langsung mengankat ai dan membawanya ke ruang tamu
setelah nami tenang ia langsung pergi kekamarnya dan ia pun terkejut melihat kamar yang berantakkan kami langaung membawa tepung, telur, dan beberapa makanan yg busuk lalu pergi menemuinya di kamarnya
setelah itu kami melemparinya dengan tepung lalu ia pun langsung berlali ke luar dan diluar sedang ada haru yang sedang mengepel ia pun terpeleset dan kepalanya menatap kursi lalu mengalir darah dari kepalanya
nami pun segera di bawa ke rumah sakit orang tuanya pun datang menjenguknya dan menannya kan kenapa ini bisa terjadi kami pun menceritakan yg sebenarnya kami menangis dan tidak tau harus bagaimana kami hanya bisa ber doa dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi
bersambung  

Matsudaira Arishima